Novel online

Silakan Baca Cerita-cerita yang saya sajikan di blog saya..silakan menikmatinya...

yak ini dia lanjutan dari eps sebelumnya, enjoy aja deh


“Non Sam di Indonesia sudah berapa lama nih kalau boleh tau ?” tanya Gozhi.
“Lima tahun, sudah cukup lama, saya rasa Indonesia good…bagus” jawab Samantha.
“Pantes yah Bahasa Indonesianya udah gak kaku lagi, jadi pengen diajarin Bahasa Inggris sama Non Sam” goda Mamat.
“Hehehe…saya gak bisa ngajar kok Pak” kata gadis itu sambil tersenyum sehingga kecantikan khas orang kulit putihnya

makin terpancar.
“Kalau cantik bahasa Inggrisnya apa Non ?” tanya Gozhi
“Beautiful” jawabnya.
“Ooohhh….itu yah biu-ti-ful” ejanya, “Non Sam, yu biutiful” lanjutnya mempraktikan Bahasa Inggris yang levelnya di

bawah rata-rata itu sehingga membuat gadis itu tertawa.
“Oh minumnya habis Pak” katanya melihat Mamat meletakan gelas yang baru diteguknya itu sudah tidak ada isinya, “mari

biar saya tambah dulu !” tawarnya ramah.
“Oohh…udah gak usah Non, ngerepotin, makasih nih !” tolak Mamat berbasa-basi.
“Nggak apa-apa, ini punya anda juga ya” katanya seraya mengambil gelas Gozhi yang tinggal seperempat terisi.
Kedua pria itu menolak halus sambil berterima kasih menerima penawaran gadis itu untuk menambah minuman mereka.

Samantha pun membawa kedua gelas itu ke dapur meninggalkan keduanya di ruang itu. Semenit lebih sepeninggalnya

terdengar suara benda tercebur ke air dari luar sana. Mamat langsung beranjak dari sofa untuk melihat apa yang

terjadi, ia menyibak tirai dan melihat dari jendela mandornya sedang membuka baju hingga bugil lalu ikut terjun ke

kolam dimana Arlene, si pemilik villa ini sedang menunggu di tengah kolam itu.
“Wuih gile, sini-sini liat, apa mata gua yang salah nih !?” Mamat memanggil temannya seolah tidak percaya

pandangannya sendiri.
“Apa ? Apaan Mat ?” Gozhi dengan antusias menghampirinya untuk melihat apa yang terjadi.

Mata keduanya tidak berkedip dengan mulut melongo menyaksikan mandor berpelukan di tengah kolam dengan gadis cantik

itu.
“Si…Si Bos sama cewek itu ?” ucap Gozhi tergagap.
Mereka menelan ludah tidak bisa berkata apa-apa ketika melihat kedua orang itu berciuman di kolam yang merendam dada

ke atas.
“What !? kalian ngapain ?” tanya Samantha yang tiba-tiba sudah ada di belakang mereka sehingga menyebabkan keduanya

hampir terloncat karena kaget.
“Haduh Non, bikin kaget aja, kok tau-tau udah disini?” Mamat mengelus dada.
“Anu Non…itu Non Arlene sama si bos di kolam lagi ciuman” Gozhi menunjuk ke luar.
Samantha melihat ke luar dari jendela, namun ia tidak menunjukan ekspresi kaget atau canggung melihat pemandangan di

kolam itu, sepertinya adegan tersebut bukan hal yang luar biasa baginya.
“Oohh…so they’ve done it, ya sudahlah biar mereka berdua saja, jangan diganggu” ujarnya santai sambil berbalik dan

kembali duduk di sofa.
Mamat dan Gozhi saling pandang, mereka kini yang heran dengan sikap gadis bule itu yang demikian cuek.
“Nggg….itu Non kok biasa aja itu di luar sana lagi gituan ?” tanya Gozhi dengan heran.
“Why, apa yang aneh, apa kalian tidak pernah melihat orang…making love….eeemm….bercinta maksud saya?” katanya, “kita

biasa kesini kadang melakukan orgy party, so what strange ?”
“Apa? Melakukan apa Non?” tanya Mamat tak mengerti.
Kedua pria itu mendekatinya dan duduk mengapitnya, situasi mulai memanas mereka yakin gadis bule ini pun bisa

dipakai seperti temannya di luar itu.
“Orgy…maksud saya pesta seks” jawabnya santai.
Kedua orang itu langsung menyeringai girang mendengar dua kata terakhir itu, sungguh malam ini malam yang mujur bagi

mereka.

“Wah-wah…kalau gitu boleh dong Non kita juga” Gozhi meletakan tangannya di paha Samantha dan mengusapnya pelan,

sungguh mulus kulit gadis itu sehingga membuat nafsunya makin membara.
Melihat gadis itu tersenyum nakal tanpa menunjukan penolakan, Gozhi semakin berani, dirangkulnya bahu gadis itu dan

tangannya mengelusi paha mulus itu tanpa malu-malu lagi. Elusan Gozhi semakin naik hingga menyingkap rok gadis itu,

terlihat di baliknya ia mengenakan celana dalam hitam. Mamat yang duduk di sebelah kirinya pun mulai ikut serta, ia

memeluk pinggangnya yang ramping dan memegang payudaranya. Gozhi memandangi mata hijau Sam yang mulai sayu menahan

sesuatu yang bergolak.
“Satisfy me!” ucapnya dengan suara mendesah di dekat wajah bopeng Gozhi, nafasnya yang mulai tak beraturan menerpa

wajahnya.
“Apa Non? omong apa?” tanya pria itu tidak tau apa yang dikatakan gadis itu.
Gadis itu menjawab dengan menarik kepala Gozhi dan mencium bibirnya. Api birahi pun mulai menyala memanaskan ruangan

itu, tangan pria itu masuk makin dalam ke roknya hingga menyentuh vaginanya yang masih tertutup celana dalam. Mamat

mempreteli kancing baju Sam hingga terbuka seluruhnya, gadis itu tidak memakai bra, payudaranya yang berukuran 34B

itu terekspos dengan indahnya. Tangannya langsung meremas bongkahan kenyal itu dan memilin-milin putingnya. Sam

semakin tak terkendali menghadapi serangan kedua kuli bangunan itu. Percumbuannya dengan Gozhi berlangsung dengan

dengusan nafas yang semakin memburu, bibirnya saling hisap dan lidahnya bermain dengan pria itu. Bukan hanya itu,

Sam juga mengusap-usap penis Gozhi yang telah mengeras di balik celananya sehingga makin membangkitkan nafsunya..

Mamat menurunkan pakaian Sam sehingga terlepas dari pundak kanan gadis itu dan memberi akses lebih luas bagi pria

itu untuk menjelajahi tubuhnya, ia menunduk lalu melumat payudara gadis itu, bagaikan bayi besar ia menyusu sambil

mengelusi paha mulusnya. Suasana semakin panas, tanpa melepas ciuman, Gozhi melepaskan kancing kemejanya

satu-persatu lalu membuka kemeja lusuhnya. Setelahnya kembali ia mendekap gadis itu sambil menurunkan pakaiannya

yang masih menggantung di kiri. Sam lalu mengangkat pantatnya sedikit untuk memeloroti gaun terusan itu hingga

terlepas dari tubuhnya dibantu kedua pria itu, ia menggerakan kaki jenjangnya hingga gaun terusan itu melorot turun

dan tergeletak di lantai berlapis permadani. Mamat terpana memandang tubuh Sam yang kini hanya tinggal memakai

celana dalam hitamnya itu sedang berciuman dengan panas dengan temannya. Ia berdiri sebentar untuk membuka

pakaiannya dengan terburu-buru dan kembali duduk di sebelah gadis itu dan menggerayanginya. Dibimbingnya tangan

gadis itu memegang kemaluannya yang sudah ereksi penuh, tanpa diperintahkan tangan itu sudah menggenggam dan

mengocok pelan benda itu. Tangan Gozhi menyusup ke celana dalam Sam merabai permukaan vaginanya yang berbulu,

dielusnya bibir vagina itu sehingga pemiliknya bergetar akibat sensasi nikmat itu. Begitu lamanya mereka ber-French

kiss, kira-kira lima menit lebih, sehingga ketika bebir mereka berpisah nafas keduanya sudah demikian memburu,

bekas-bekas air liur blepotan di pinggir mulut mereka, wajah Sam nampak bersemu merah karena terangsang.Sebelum

melanjutkan, Gozhi melepaskan dulu celananya hingga bugil. Sam nampak tercekat melihat penis Gozhi begitu benda itu

menyembul keluar waktu celana dalam penutupnya dipeloroti, penis hitam dengan kepala bersunat yang kemerahan,

ukurannya termasuk sedang tapi diameternya cukup lebar. Pria itu berlutut diantara paha Sam dan menarik lepas celana

dalamnya, kini terlihatlah vagina gadis bule itu yang berbulu pirang kemerahan.

Ketiga orang tersebut telah telanjang, nampak perbedaan yang kontras sekali dimana Sam yang cantik dan bertubuh

ideal itu sedang dikerubuti oleh dua kuli bangunan yang wajahnya jauh dari tampan dan berkulit gelap kasar.

Tangan-tangan kasar mereka merambahi tubuh mulus gadis bule itu, mulut mereka mencium dan menjilati bagian-bagian

sensitifnya. Rangsangan-rangsangan itu membuat Samantha tak dapat menahan desahannya, putingnya terasa makin

mengeras karena terus disedoti dan dikenyot-kenyot oleh Mamat.
“Ssshh…mmhh !” desisnya sambil meremas rambut pria yang sedang asyik menyusu darinya itu.
Gozhi yang berlutut di bawah kini membenamkan wajahnya ke vagina Sam. Tubuh gadis itu menggeliat saat lidah pria itu

menyentuh bibir vaginanya. Dengan nikmatnya Gozhi menjilati vagina Sam yang mulai basah itu sambil tangannya

mengelus-elus paha dan pinggulnya. Sementara Mamat yang sejak tadi menyusu payudaranya, mulutnya merambat naik

menciumi leher jenjang gadis itu. Mata Sam terpejam dan desisan terdengar dari mulutnya menikmati perlakuan kedua

kuli bangunan ini. Bibir Mamat akhirnya bertemu dengan bibir gadis itu, Mamat menciuminya dengan ganas sambil

mengelus-elus payudaranya. Lidah Gozhi semakin liar menjilati vaginanya, pria itu meyelipkan lidahnya di antara

bibir vagina gadis itu lalu menari-nari menggelitik bagian dalamnya. Gadis itu menggelinjang nikmat, desahan

tertahan terdengar di antara percumbuannya dengan Mamat. Gozhi merentangkan paha Sam lebih lebar agar lebih leluasa

menjilati vaginanya, dengan dua jari ia membuka bibir vagina gadis itu dan melanjutkan jilatannya. Sam semakin

menggeliat karena lidah pria itu menyentuh klitorisnya yang sensitif.

Dua menit berciuman, Mamat memisahkan diri dan bangkit berdiri. Ia meminum air dari gelas di meja lalu berjalan

meninggalkan mereka.
“Kemana lu ?’ tanya Gozhi.
Mamat hanya tersenyum, ia meletakan telunjuk dekat mulutnya sambil menunjuk ke pintu kamar mandi. Kemudian ia

membuka pelan-pelan pintu itu yang ternyata tidak dikunci, pelan-pelan ia melangkah masuk dan pintu pun tertutup

perlahan-lahan.
Sekarang tinggal mereka berdua di ruang tamu itu, Gozhi merasa girang dalam hatinya karena bisa menikmati sang dara

Australia ini tanpa harus berbagi dengan temannya. Ia terkesima memandangi tubuh telanjang gadis itu, sungguh tidak

disangka ia beroleh kesempatan untuk bercinta dengan gadis bule secantik ini. Terwujudlah impiannya bercinta dengan

gadis bule yang sering diangan-angankannya ketika menonton film porno atau film semi. Sam mengambil remote TV di

meja dan menekan tombol off mematikan TV yang sudah tidak ditonton sejak tadi. Kemudian ia tersenyum manis pada kuli

bangunan yang sedang berlutut diantara kedua pahanya itu, diraihnya lengan pria itu dan diajak duduk di sampingnya.
“Hehehe…sekarang tinggal kita duaan yah Non” katanya sambil cengengesan.
Sam meletakan tangannya di dada pria itu dan mengelusnya perlahan dan mendorong pelan tubuhnya ke belakang. Gozhi

secara refleks membaringkan diri dan menyandarkan kepala pada sandaran tangan sofa itu. Gadis bule itu pun menindih

tubuhnya, wajahnya tepat di atas wajah pria itu kurang dari sejengkal hingga hembusan nafasnya terasa, ia tersenyum

nakal dan penuh gairah. Tangan Gozhi mengelus punggung dan pinggulnya, sungguh mulus dan terawat sekali kulitnya,

istrinya ketika masih muda saja tidak ada seperseratusnya dibandingkan gadis ini. Payudaranya yang montok itu

bergesekan dengan dadanya, sepertinya gadis itu memang sengaja melakukannya sebagai bagian dari foreplay. Mata Gozhi

tak berkedip menatap wajah cantik bermata hijau di depannya itu, sorot mata gadis itu begitu mempesona hingga ia tak

sanggup berkata apapun lagi selain mengelusi rambut dan tubuhnya.

Sam mendaratkan mulutnya ke mulut pria itu, ia menciumnya sejenak lalu mulutnya turun ke bawah.
“Uuhh…sip Non !” desah Gozhi menikmati servis mandi kucing Sam.
Tanpa risih Sam menjilati dan mengelus dada pria itu, putingnya ia jilat dan gigit kecil sehingga pria itu semakin

mendesah keenakan. Jilatan dan kecupannya terus turun ke perut pria itu yang agak bulat hingga akhirnya sampai ke

penisnya yang sejak tadi digenggamnya. Sam tidak langsung memasukan penis itu ke mulutnya, terlebih dahulu ia

menjilati benda itu secara perlahan dari pelir hingga ujungnya yang bersunat. Gozhi tidak sanggup menahan geliat

tubuhnya akibat sensasi jilatan yang luar biasa itu, belum lagi ketika melihat wajah dan sorot mata gadis itu yang

tengah birahi. Beberapa kali Sam menyapukan lidahnya pada batang penis itu sebelum akhirnya ia membuka mulut dan

mengulum benda di dalam mulutnya. Gozhi mendesah merasakan hisapan-hisapan gadis itu pada penisnya, kemampuan oral

seksnya menunjukan ia bukanlah gadis yang masih hijau dalam urusan seks. Pria itu menyelipkan bantal kursi dan kedua

telapak tangan ke bawah kepalanya, sambil memejamkan mata ia meresapi kenikmatan dari sepongan gadis bule itu. Menit

demi menit berlalu, gadis itu memberi pelayanan oral seksnya dengan sempurna sampai Gozhi terbuai bak terbang

tinggi. Ia merasakan payudara Sam kembali menggesek dadanya dan tangannya memegang pundaknya. Tiba-tiba ia merasakan

ada cairan menetes ke wajahnya yang membuatnya tiba-tiba merasa aneh. Bukankah gadis itu sedang mengoral penisnya,

tapi kok payudaranya bisa bergesekan dengan dadanya dan tangannya memegang pundaknya, selain itu tubuh dan tangan

gadis itu semakin dingin, lalu cairan apa yang menetes ke wajahnya itu? Pelan-pelan ia membuka mata dan menyeka

cairan yang menetes di wajahnya. Betapa kagetnya ia melihat cairan itu ternyata adalah darah dan yang lebih

membuatnya terkejut adalah tubuh yang sedang menindihnya itu tidak berkepala. Tulang leher, daging, dan uratnya

terlihat jelas pada lehernya yang terpotong dan berlumuran darah itu.

“Wwhuuaaa…setan !!!” jeritnya ketakutan sambil mendorong tubuh tanpa kepala itu sekuat tenaga.
Gozhi terguling jatuh dari sofa, demikian ketakutannya sehingga kakinya terasa lemas untuk berdiri dan harus

merangkak untuk kabur.
“Se…setan…tolong !” teriaknya gagap.
Ia menoleh ke belakang lagi untuk melihat apakah makhluk tanpa kepala itu mengejarnya, namun yang dilihat adalah

Samantha yang jatuh tersungkur dan mengaduh kesakitan memegangi sikunya.
“Ouch…ada apa Pak, what’s wrong with you?” tanya gadis itu sambil meringis.
Gozhi juga ikut bingung, ia melihat tangannya yang tadi menyeka tetesan darah, tidak ada noda apapun disitu, masih

belum percaya ia menyeka pipinya, juga tidak cairan lain selain keringatnya sendiri. Jadi apa yang barusan

dilihatnya itu, ia jelas-jelas merasakan pelukan dingin makhluk itu dan melihat jelas lehernya yang tanpa kepala.
“Jangan…jangan mendekat, siapa kamu sebenarnya?” Gozhi beringsut mundur ketika gadis itu mendekatinya.
“Kenapa? Apa yang terjadi? Tadi anda tiba-tiba mendorong saya sampai saya jatuh” tanya Sam.
“Setan…kamu mau apa ?” ia hanya bisa mundur-mundur karena gemetar dan tidak sanggup berdiri.
“Setan? Anda sakit? Saya rasa anda hanya ada halusinasi atau sejenisnya…I think” katanya seraya meraih tangan pria

itu dan meletakan di payudaranya.
Rasa takut Gozhi mulai berkurang ketika merasakan kehangatan tangan gadis itu dan payudaranya, ia berpikir ulang,

mungkin benar juga tadi itu hanya halusinasi karena saking enaknya servis gadis ini. Ia menarik nafas panjang dan

menghembuskannya untuk menenangkan diri.

“You see…apa anda masih mengira saya setan?” Sam tersenyum sambil mengelus-eluskan tangan pria itu pada payudaranya.
Sam meraih gelas di meja dan menyodorkannya pada pria itu agar dapat minum dulu supaya tidak tegang lagi. Gozhi

menerimanya dengan tangan yang masih sedikit bergetar, diminumnya air itu tanpa melepaskan pandangan pada gadis itu,

meyakinkan tidak ada hal-hal aneh yang terjadi lagi. Ia meminum air itu hingga habis, dipandangnya tubuh telanjang

itu dengan kagum, perlahan-lahan bayangan seram di benaknya mulai sirna.
“Emang terlalu capek kerja terus dapet rejeki nomplok kali sampe ngebayangin engga-engga” katanya dalam hati sambil

mengejap-ngejapkan mata beberapa kali memastikan pandangannya.
“Mau berhenti... atau mau diteruskan?” tanya Sam dengan suara mendesah manja, tangannya yang halus memegangi

kejantanan Gozhi dan mengurutnya lembut.
Gozhi mulai terbuai kembali, ia menikmati sentuhan halus gadis itu pada penisnya. Dibaringkannya tubuh gadis itu

pada permadani bulu domba tempat mereka berpijak. Ia mengambil posisi diantara kedua pahanya dan mengarahkan

penisnya ke vagina gadis itu. Sam membuka bibir vaginanya dengan kedua jari seolah mempersilakan pria itu menusuk

dengan penisnya. Perlahan ia merasakan kepala penis pria itu melesak masuk dan menggesek bibir vaginanya. Desahan

nikmat mengiringi proses penetrasi yang menimbulkan rasa ngilu bercampur nikmat itu. Satu dorongan kuat menyebabkan

tubuh Sam tersentak dan penis pria itu amblas seluruhnya ke dalam vaginanya. Gozhi melenguh merasakan jepitan vagina

Sam yang ketat itu, pertama kali dalam hidupnya ia merasakan vagina bule.

Setelah meresapi sejenak legitnya vagina gadis itu, Gozhi mulai bergerak maju mundur sambil berpegangan pada paha

mulus itu. Frekuensi genjotan Gozhi semakin lama semakin naik sehingga tubuh Sam terguncang-guncang dengan keras,

payudaranya yang bulat montok itu pun turut terguncang membangkitkan nafsu pria itu.
“Ssshhhh…yess…oh yes…oohh !” desahan nyaring keluar dari mulut gadis bule itu, tangannya meremasi bulu-bulu pada

permadani di bawahnya menahan nikmat.
Vagina Sam semakin basah sehingga memperlancar penis Gozhi keluar masuk vaginanya. Sepuluh menit lamanya mereka

bergumul dalam posisi demikian hingga akhirnya berganti posisi. Kali ini Sam menungging dan bertumpu diatas telapak

tangan dan lututnya. Gozhi kembali memasukkan penisnya ke vagina gadis itu, kini masuknya lebih mudah karena wilayah

kewanitaan Sam sudah licin. Gaya doggy ini memungkinkan Gozhi untuk lebih leluasa menyenggamai sambil meremas

payudara Sam yang menggemaskan itu.
“Oow…yeah! Great…uuhhh…gimme harder!” ceracau gadis itu ketika Gozhi menyodok penisnya dengan sepenuh tenaga hingga

mentok.
Permainan Gozhi yang cenderung kasar dan bertenaga itu memberi kenikmatan tersendiri bagi Sam walaupun payudaranya

agak nyeri akibat remasan keras dan vaginanya ngilu karena sodokan yang bertenaga. Tangan Gozhi tak pernah berhenti

menggerayangi sepasang payudaranya yang menggantung itu sehingga menambah nikmatnya persetubuhan tersebut.

Selangkangan Gozhi bertumbukan dengan pantat Sam menimbulkan bunyi tepukan yang bercampur-baur dengan suara desahan

mereka. Sam juga tidak kalah ikut menggoyangkan pinggulnya membalas goyangan pria itu. Ia merasakan sesuatu yang

luar biasa, sulit dilukiskan dengan kata-kata, bila sentakan tubuhnya berlawanan dengan pria itu yang menyebabkan

sodokannya semakin dalam.

Permainan mereka semakin liar, suara desahan mereka memenuhi ruang itu. Sam merasakan tubuhnya semakin tidak

terkendali seperti melambung tinggi. Gelombang orgasme itu kian mendekat sehingga ia semakin ganas menghela

tubuhnya. Hal serupa juga dirasakan Gozhi, penisnya yang keluar-masuk vagina gadis itu semakin berkedut-kedut dan

membengkak.
“Aaaahhh…I’m coming…eemm…ooohhh!” erangan panjang keluar dari mulut gadis itu seiring dengan tubuhnya yang

menggelinjang dahsyat.
Sam mengalami orgasme panjang, rasa nikmat itu menjalar ke setiap sudut tubuhnya, apalagi hujaman pria itu pada

vaginanya kian cepat.
“Aarrgghh…Non Sam!” erang Gozhi yang menyusul sampai ke puncak, cairan orgasme yang menghangatkan penisnya serta

kontraksi otot vagina gadis itu membuatnya tak sanggup lagi menahan klimaksnya.
Indah sekali, tubuh kedua insan berbeda jenis itu mengejang bersama meraih kenikmatan tertinggi. Keduanya akhirnya

ambruk dengan tubuh lunglai setelah mengejang beberapa saat.
“Wonderful” desah Sam menolehkan wajahnya pada Gozhi yang tergeletak di sebelahnya.
Ia menggerakan tubuhnya dengan tenaga yang baru terhimpun dan menyandarkan kepalanya ke dada Gozhi. Ia dapat

mendengar degup jantung pria itu yang cepat pasca klimaks. Gozhi mengatur nafasnya yang terengah-engah, dengan lemas

ia menggerakan tangan membelai rambut pirang gadis itu.

“Anda puas?” tanya gadis itu dengan suara lemah sambil mengelus-elus puting Gozhi yang berbulu.
“Puas…puas banget Non, kalian…emm…kalian emang sengaja ngegodain kita apa?” tanya Gozhi.
“It’s a…eeemm…anda nanti akan tahu” jawab Sam membalik tubuhnya hingga payudaranya menindih pria itu.
Keduanya berciuman sebentar sebelum Gozhi mengajak naik ke sofa. Sekali lagi ia terpana menatap tubuh telanjang

gadis itu, dirabanya paha gadis itu naik hingga payudaranya. Sam memeluk leher pria itu dan menariknya ke dadanya

hingga wajahnya terbenam di sana. Desisan halus keluar dari mulutnya ketika pria itu mengisap payudaranya. Tangan

pria itu tidak tinggal diam dengan menjamahi tubuhnya. Sekitar dua menitan mulut pria itu berpindah mengenyot

payudara yang satunya, lidahnya menggesek-gesek putingnya memberi rangsangan yang rasanya menyerupai sengatan

listrik kecil. Sam menggigit bibir bawah dan mendesah tertahan, ia merenggangkan sedikit pahanya ketika tangan pria

itu mulai meraba ke selangkangannya. Jari-jari gemuk itu mengorek-ngorek vaginanya yang sudah basah kuyup itu,

rasanya seperti cairan di dalamnya ikut terkorek keluar.
“That’s good…mmhh!” desahnya dengan mata merem-melek.
Penis Gozhi mulai mengeras lagi dalam genggaman Sam yang sedang mengurutnya dengan lembut.

Merasa sudah ‘high’ kembali, Sam menarik lepas kepala Ghozi yang sedang menyusu, disuruhnya pria itu berbaring lalu

ia naik ke penis yang mengacung tegak itu. Pelan-pelan ia menurunkan tubuhnya sehingga penis dalam genggamannya itu

melesak masuk ke vaginanya. Nampak sperma Gozhi yang barusan tertumpah di dalam sana tertumpah keluar saat penisnya

kembali memasuki vaginanya. Sam memulai babak baru ini dengan menggoyangkan tubuhnya pelan. Gerak naik-turun itu

semakin cepat dan liar, Gozhi pun sesekali menyentakkan pinggulnya ke atas sehingga menambah tenaga pada hujamannya.

Gemas dengan payudara Sam yang bergoyang-goyang, tangan Gozhi meraih yang bagian kanan, diremasinya benda kenyal itu

sambil menikmati goyangan pemiliknya. Kepala Sam kadang tersentak-sentak ke belakang, kadang menggeleng-geleng ke

kiri dan kanan, sehingga rambut pirangnya sedikit kusut. Keduanya begitu terlarut dalam permainan mereka sehingga

tidak terlalu mempedulikan ketika pintu terbuka dan seseorang masuk memergoki mereka.
“Sam!? wow…so wild” Grace yang baru saja kembali dari belakang bersama Amin, tersenyum kecil melihat temannya yang

sedang memacu tubuh diatas penis pria gemuk di bawahnya itu.
“Zhi…walah, lagi sama-sama asyik ternyata” sahut Amin yang juga terperangah melihat adegan panas itu.
“Iyah…ayo ikutan aja, pokoke maknyus!” sahut Gozhi terengah-engah.
“Where’re they?” tanya Grace.
“Mmhhh…bathroom and…and…mmm…outside!” Sam menjawab tanpa menghentikan genjotannya.

Pemandangan itu adalah magnet kuat yang menarik Amin memeluk tubuh Grace dari belakang, tangannya meremas payudara

gadis itu dan tangan satunya menyibak rambutnya agar dapat menciumi tenguknya.
“Eenngg…Pak…sudah !” Grace mendesah dan menggeliat.
Tangan Amin menyusup ke balik kimono gadis itu dan menyentuh payudaranya. Telapak tangannya yang tebal dan kasar

berputar-putar ringan di payudaranya. Bibir pria itu menjalari lehernya mengendusi tenguknya sehingga membuat gadis

itu kegelian. Sebelum terbuai lebih jauh tiba-tiba Grace membuka matanya karena merasakan sesuatu yang menetes ke

tangannya. Ia melirik ke bawah dan melihat tetesan merah itu di tangannya…darah, darah itu menetes dari hidungnya.

Ia buru-buru melepaskan diri dari Amin dan menyedot darah di hidungnya sebelum menetes lagi.
“Sebentar Pak…saya ada perlu!” katanya sambil merapikan lagi kimononya., “maaf saya mau keluar sebentar”
“Hah…kenapa Non, Non gak papa? Hidungnya kenapa emang?” tanya Amin heran.
“Nggak…gak apa-apa…permisi sebentar, saya segera kembali” jawab Grace sambil mundur menjauhinya, lalu ia membalik

badan dan berlari kecil ke pintu yang menuju kolam. Ia membuka pintu itu dan keluar.
Amin hanya terbengong melihat keanehan pada sikap Grace yang tiba-tiba menghindar, namun adegan panas di hadapannya

membuatnya tidak berlama-lama memikirkan Grace. Setelah melepaskan bajunya hingga bugil ia segera bergabung dengan

Sam dan Gozhi. Ia berjalan menghampiri mereka sambil senyum-senyum mesum.
“Gile bener-bener edan malem ini, mimpi apa gua semalem, bisa nyicipin bule lagi sip!” soraknya dalam hati.

Dengan sangat pelan-pelan Mamat menutup pintu kamar mandi itu agar tidak menimbulkan suara. Kamar mandi itu cukup

besar lengkap, marmer biru muda dan tua mendominasi lantai dan dindingnya. Sebuah bathtub mewah terlihat di hadapan

mata begitu membuka pintu. Suhu di tempat ini terasa lebih hangat dari di luar karena pengaruh air hangat dari

shower box yang pintunya setengah terbuka dan penuh uap air itu, disanalah nampak siluet tubuh sang gadis itu sedang

menikmati mandinya, nampaknya ia belum tahu ada orang asing yang masuk ke situ. Mamat mengendap-endap mendekati

shower box itu, semakin dekat-jantungnya semakin berdegup kencang.
“Mumpung nih belum mandi, bisa mandi sama bidadari !” sorak Mamat dalam hati.
“Aaww !! siapa…siapa kamu !?” gadis itu menjerit kaget begitu pintu kaca terbuka dan muncul seorang pria bugil tak

dikenal dengan tersenyum menjijikan, refleks diapun menutupi dada dan kemaluannya.
“Hehe…kenalin Non, abang Mamat bin Abdul Azis, Non namanya Katherine kan” Mamat memperkenalkan diri sambil melangkah

mendekatinya.
“Kurang ajar, siapa kamu, keluar !” hardik Katherine yang sudah tersudut dan tidak bisa kemana-mana lagi.
“Abang kan yang diseberang Non, masa ga inget ? Non Arlene yang ajak kita kesini”
Mamat meraih lengan kanan Katherine yang menutupi payudaranya dan menarik tubuh gadis itu ke arahnya.
“Aahhh…lepasin !” teriaknya sambil meronta, namun ia kalah tenaga ketika pria itu menarik tangannya yang satu.
Mamat mengangkat kedua pergelangan tangan gadis itu dan mencengkramnya dengan telapak tangannya, tubuh keduanya

sudah dekat dan sesekali bersentuhan.

Mamat memandangi tubuh bugil Katherine dengan bernafsu, tubuh gadis itu lebih kurus kalau dibanding Arlene dan

Samantha, tipikal para model fashion, payudaranya tidak seberapa besar dengan puting pink mungil. Ia memiliki wajah

oriental yang manis, berbentuk oval dengan bibirnya yang tipis serta rambut sebahu kecoklatan. Dalam keadaan basah

seperti itu penampilannya jadi lebih menggairahkan.
“Tenang Non, abang tau kok Non sama temen-temen Non suka pesta seks di sini, mereka juga diluar lagi pada ngent*t

loh !” katanya dekat sekali dengan wajah Katherine, tangannya meraba-raba payudara gadis itu yang tidak besar tapi

kencang dan indah.
“Jangan…saya gak mau, lepasin !?” Katherine masih meronta dan berteriak.
“Ayolah non, yang lain juga lagi asyik masa kita nggak” dari payudara tangan Mamat merayap turun ke kemaluan gadis

itu yang berbulu lebat.
“Nggak mau…lepasin saya, bajingan…aahhh !” Katherine tidak bisa menahan desahannya ketika pria itu menyusupkan

jarinya pada belahan vaginanya lalu menggosoknya.
“Gimana Non? Enak kan?” katanya sambil mencucuk-cucukan jarinya ke vagina si gadis.
“Ooh…jangan Bang…eengghh…mmhh !” desah gadis itu semakin tak tertahankan karena jari-jari Mamat semakin dalam

memasuki vaginanya, tubuh Katherine tersentak ketika jari itu menyentuh klitorisnya.
Katherine memalingkan wajah ke samping saat pria itu hendak melumat bibirnya. Pria itu tetap mendaratkan bibirnya

pada pipinya, lalu dengan lidahnya ia menyapu pipi gadis itu dan telinganya. Katherine bergidik jijik merasakan

lidah dan kumis tipis pria itu pada pipinya. Mau tau mau, ia semakin terangsang juga, vaginanya semakin berlendir

karena pria itu terus menggerayanginya, belum lagi lidah pria itu yang menggelitik telinganya.

“Uuhh…mmm…jangan dong Bang…sshhh !” keluh Katherine di tengah desahannya.
“Jangan apa Non? Jangan berhenti maksudnya hehehe…” ejek Mamat yang mengerti kondisi gadis itu.
“Aahhh…aahh…saya gak tahan !” Katherine makin mendesah dan tubuhnya menggeliat-geliat ketika jari tengah Mamat

mengusap-usap daging kecil yang sensitif di vaginanya itu, ia mengatupkan pahanya rapat-rapat menahan rasa geli plus

nikmat itu, namun Mamat membuka kembali pahanya dan menahannya dengan menyelipkan pahanya diantara sepasang paha

gadis itu.
“Enak gak Non, tuh sampai kejang-kejang gini, becek banget lagi” tanya Mamat dekat telinganya, “Jangan pura-pura

Non, jawab dong baru ntar saya lepasin” ia mengulang pertanyaannya.
“Iyah Bang….sshhh!” jawabnya sambil mendesis, ia sudah tak bisa berbohong lagi, jelas-jelas geliat tubuh dan

desahannya memperlihatkan bahwa ia menikmatinya.
Mamat tersenyum puas dan melepaskan cengkeramannya pada pergelangan tangan Katherine. Gadis itu tidak menunjukan

perlawanan lagi meskipun sudah bebas, dorongan birahi yang menuntut pemuasan membuatnya pasrah menunggu apa yang

akan dilakukan pria itu terhadapnya. Mamat menarik tubuh Katherine ke daerah siraman air, keduanya berdiri

berhadap-hadapan dengan tubuh menempel, tubuh mereka terbilang jangkung, Katherine yang 176 cm hanya lebih pendek

sebatas mata pria itu. Disibaknya rambut gadis itu ke belakang dan ditatapnya wajah ayu yang bersemu merah karena

terangsang itu. Mamat menjatuhkan ciumannya ke bibir gadis itu karena tidak tahan melihat kecantikannya. Kali ini

Katherine tidak lagi memalingkan wajah seperti tadi, bibirnya bahkan membuka membiarkan lidah pria itu memasuki

mulutnya. Keduanya berciuman dengan penuh nafsu di bawah siraman air hangat.

Mulanya hanya Mamat saja yang mencumbuinya dengan ganas, namun seiring meningkatnya birahi, Katherine pun

mengimbangi permainan pria itu. Tangan kasar Mamat bergerilya menelusuri kemulusan tubuh gadis itu.
“Non pengen ini kan ?” katanya sambil menuntun tangan gadis itu ke arah penisnya.
Katherine tidak tahu harus menjawab apa, ia tidak berani menatap wajah pria itu karena malu dan wajahnya memerah.

Penis dalam genggamannya sudah sangat keras, tanpa sadar ia tangannya bergerak mengurut benda itu.
“Non cantik banget, seksi, kulitnya mulus gini lagi, bikin tongkol saya ngaceng banget” katanya memuji, tangannya

meremas lembut payudara kanan gadis itu.
Tangan Mamat yang satu lagi mengelus turun lalu mengangkat paha kirinya hingga sepinggang, secara refleks Katherine

melingkarkan lengannya ke leher pria itu untuk menjaga keseimbangan. Wajahnya yang sayu dan menunjukan kepasrahan

itu membuat Mamat semakin bernafsu sehingga memberikan ciuman ringan pada bibirnya.
“Yang gentle Pak” kata Katherine dengan suara mendesah.
“Ooo…pasti Non, Mamat bin Abdul Azis paling ahli muasin cewek, istri abang aja suka nagih melulu” sesumbarnya.
Mamat menekan kepala penisnya yang diarahkan ke vagina Katherine, benda itu mulai melesak diiringi desahan gadis

itu.
“Uuugghh !” mereka mendengus bersamaan saat si pria menghujamkan penisnya ke vagina si gadis.
Sebentar saja keduanya sudah menikmati persenggaman dalam posisi berdiri. Lidah mereka saling bertautan. Tubuh

Katherine nampak tersentak-sentak mengikuti hentakan pinggul Mamat.

Tak lama kemudian, entah karena kurang nyaman atau kurang leluasa dengan posisi demikian, Mamat mencabut penisnya

lalu membalikan tubuh gadis itu hingga membelakanginya. Katherine menunggingkan tubuhnya dan menggunakan kedua

tangannya untuk menopang di tembok. Kembali Mamat memasukan penisnya ke vagina gadis itu, kali ini gerakannya lebih

leluasa sehingga otomatis sodokan-sodokannya pun lebih bertenaga. Kedua tangannya yang berpegangan pada pantat gadis

itu sesekali meremas bongkahan yang montok itu atau menepuknya.
“Uughh…ugghh!” pria itu mendengus-dengus seperti mesin yang sedang beroperasi.
Katherine mengimbangi permainan pria itu dengan sedikit memutar pantatnya seperti gaya ngebor. Nafas pria itu

semakin menderu-deru ketika Katherine melakukan gerakan tersebut, ia merasakan batang kemaluannya seperti dipilin

dalam jepitan liang kemaluannya.
“Terusshh Non…uenak tenan gitu…uuuhh…uuhh !” desahnya.
Katherine termasuk type yang ribut dalam melakukan hubungan seks, ia tidak ragu-ragu mengerang keras. Kurang dari

sepuluh menit ia telah mencapai orgasme dan mengerang sejadi-jadinya. Tubuhnya serasa meledak dan melambung tinggi,

gelombang klimaks itu membuat tubuhnya menggeliat tak karuan. Mamat tidak menghentikan genjotannya, ia bahkan

semakin liar sehingga gadis itu didera nikmat yang luar biasa yang terus menerus berkesinambungan tanpa henti.

Kemudian Katherine merasakan penis pria itu melesak dalam sekali, berhenti sejenak, bergetar lalu terasa cairan

hangat menyemprot memenuhi vaginanya. Mamat melampiaskan orgasmenya dengan sebuah lenguhan panjang dan remasan pada

kedua payudara gadis itu.

Mereka terdiam selama beberapa saat mengatur nafas yang tercerai-berai. Tangan Mamat memeluk dada gadis itu,

penisnya yang masih tertancap di vaginanya berkedut-kedut mengeluarkan sisa spermanya di dalam vagina si gadis.

Benda itu berangsur-angsur menyusut hingga terlepas dengan sendirinya.
“Abang sabunin yah Non, mau?” tanya Mamat dekat telinga gadis itu.
Katherine hanya mengangguk lemah mengiyakan tawaran itu. Mamat pun meraih sabun batangan dari rak sabun di

sebelahnya. Mulailah ia menyabuni tubuh gadis itu dari pundak turun ke dada, disana sesekali ia meremas lembut

payudara itu menyebabkan pemiliknya mendesah pasrah. Setelah menyabuni punggungnya, Mamat menegakkan tubuh Katherine

sehingga menempel dengannya, dan ia mulai beralih ke bagian bawah. Katherine sendiri hanya memejamkan mata dan

sesekali mendesah menikmati tangan dan sabun itu membelai tubuhnya.
“Asli dari Jakarta Non?” tanya Mamat sambil membelai lembut tubuh gadis itu yang bersabun.
“Nggak kok…mmhhh…saya…Bandung !” jawabnya terpatah-patah.
“Oohh…jadi kuliah di Jakarta ngekost yah?” tanya Mamat lagi yang dijawab anggukan, “udah ada pacar belum Non?”

tanyanya lagi.
“Iyah…ada” jawabnya membuat pria itu makin penasaran.
“Weleh…terus sekarang Non main sama Abang nih gak apa-apa?”
“Gak papah...saya…sama dia, gak bisa ketemu lagi kok”
“Maksudnya gak bisa ketemu gimana Non?” tanya Mamat dengan heran.

Katherine tidak menjawab pertanyaan itu, sebagai gantinya ia menolehkan wajahnya ke belakang dan menarik kepala

Mamat mendekati wajahnya. Mamat melanjutkan menyabuni tubuh Katherine sambil berciuman dengannya, tangan pria itu

kini sampai pada selangkangannya. Desahan tertahan keluar dari sela-sela percumbuan mereka saat tangan pria itu

mengelus-elus daerah sensitif itu. Lebih jauh lagi, Mamat mengorek-ngorek vaginanya sehingga mengeluarkan sisa

sperma yang dikeluarkannya saat menyetubuhi gadis itu barusan. Mamat berlutut agar dapat menyabuni kedua betis dan

paha gadis itu, tidak lupa ia juga menyabuni pantatnya diselingi remasan nakal yang membuat gadis itu mendesah.

Setelah menyabuni sekujur tubuhnya, Mamat kembali menarik tubuh Katherine ke daerah siraman sehingga air hangat itu

membersihkan tubuhnya dari busa sabun. Katherine menggunakan tangannya untuk menggosok wajah dan tubuhnya dari sisa

sabun, ia juga meraih gagang shower dan menyiramkanya sedikit ke selangkangannya hingga bersih. Kini kemaluannya

yang dipenuhi bulu-bulu hitam lebat itu terpampang jelas di depan mata si kuli bangunan. Wajah Mamat kian mendekati

wilayah sensitif itu, diciumnya dengan lembut lalu dijilatnya dengan ujung lidah.
“Sssshhh…Bang !” Katherine terlonjak seperti tersengat listrik, secara refleks kakinya membuka lebih lebar.
Begitu paha Katherine merenggang, Mamat memasukkan jari telunjuknya ke vagina gadis itu, disusul jari tengahnya. Dua

jari nakal itu bermain-main di dalam sana, berputar dan menggosok-gosok dinding yang licin dan berdenyut dan memerah

itu. Katherine semakin mendesah dan menggeliat-geliatkan badannya. Liang kewanitaannya terasa semakin menguak, dan

Mamat kini memasukkan satu jari lagi, sehingga tiga jari ada di dalam sana, keluar-masuk, berputar-putar,

mengurut-menggosok.

“Eehhmm…aahh…Bang, geli!” erang Katherine sambil membuka lebih lebar pahanya, kedua tangannya terbentang ke samping,

masing-masing menumpu pada tembok dan dinding shower box.
“Tapi asyik kan? Huehehe..” goda Mamat yang lalu duduk di lantai shower membiarkan gadis itu mengangkangi wajahnya.
Kembali Mamat memasukan lidahnya ke dalam liang vagina Katherine yang sudah berlendir. Dengan dua jari dan satu

lidah di organ sensitifnya, Katherine merasa kedua lutunya lemas, terlebih pria itu seolah-olah mengunyah seluruh

kewanitaannya. Sungguh Katherine tidak tahan lagi, tubuhnya melorot ke bawah, jatuh di pangkuan pria itu sambil

mendesah dengan mata terpejam. Ia menggerakan tangan meraih batang penis pria itu yang di bawahnya. Kemudian ia

mendorong tubuhnya ke bawah, liang vaginanya bagaikan mulut kecil yang hendak menelan penis itu. Ia mendesah nikmat

sambil menggigit bibir bawah saat dinding vaginanya menguak dan bergesekan dengan penis yang sudah mengeras dan

hangat itu.
“Eeerrhh…seret Non!” lenguh Mamat yang merasa kejantanannya seperti diurut-urut segumpal daging lembut, basah, dan

hangat.
Katherine mulai menggerakkan pinggulnya dengan tangan berpegangan pada bahu pria itu. Kepalanya mendongak ke atas

dan mulutnya mengap-mengap mengeluarkan desahan. Mamat sangat bernafsu menciumi lehernya yang halus dan basah oleh

air itu, sementara tangannya meremasi payudara gadis itu. Semakin liar goyangan Katherine semakin seru pula erangan

yang keluar dari mulutnya, dan itu membuat birahi keduanya semakin membara. Cupangan Mamat meninggalkan bekas

merah-merah pada leher dan bahunya, demikian pula kuku Katherine yang panjang sesekali tertancap atau tergores pada

kulit pria itu.

Setelah lebih dari sepuluh menit berpacu dalam gaya berpangkuan, persetubuhan mereka mulai mencapai puncak. Dengan

bersemangat, Katherine terus menaik-turunkan tubuhnya bak seorang cowgirl diatas seekor kuda jantan. Mamat pun tak

mau kalah, beberapa kali ia menyentakkan pinggulnya memberi tusukan keras. Berdua mereka berlomba-lomba menuju

klimaks hingga akhirnya keluar dalam waktu bersamaan. Memang Katherine tiba di puncak lebih awal, barulah Mamat

menyusul dalam waktu kurang dari setengah menit kemudian. Tubuh mereka mengejang dan terlonjak-lonjak selama

beberapa saat. Katherine terkulai lemas memeluk Mamat yang sudah bersandar ke dinding dengan nafas terengah-engah,

penis pria itu masih menancap di vaginanya walau sudah menyusut. Kamar mandi yang tadinya riuh dengan suara desahan

dan siraman shower kini menjadi hening karena Katherine telah mematikan shower setelah membilas tubuhnya dari busa

sabun tadi, yang terdengar hanya suara nafas mereka yang terputus-putus.
“Eh…iya non, barusan Non bilang gak bisa ketemu pacar Non lagi itu kenapa emangnya?” tanya Mamat sambil menunggu

tenaganya pulih.
“Ssst…jangan omongin itu terus, atau saya ga akan nemenin Abang lagi!” jawab gadis itu dengan ekspresi dan nada

serius.
“O ya udah deh kalau gitu…sori, Abang ga nyinggung itu lagi” Mamat menyimpulkan mungkin gadis ini sedang ribut

dengan pacarnya.
Setelah ngobrol-ngobrol ringan sebentar, Katherine merasa sudah cukup tenaga, ia mencoba bangkit dengan pelan-pelan

agar tidak terpeleset. Mamat juga ikut berdiri, ia meraih handuk terdekat dan mengeringkan tubuh gadis itu sebelum

dirinya sendiri.

Mamat memeluk tubuh gadis itu dan memberi kecupan ringan di pipi dan bibirnya.
“Non…malem ini Abang pengen tidur bareng Non, mau kan?” tanyanya.
“Ah…ga usah janji-janji gombal dulu deh Bang, sapa tau keluar dari sini Abang malah gituin temen saya yang lain”

gadis itu memasang wajah jutek sambil melepas pelukan.
Katherine menyuruhnya keluar duluan dengan alasan ingin buang air terlebih dulu.
“Oke deh Non, saya tunggu yah, jangan lama-lama” Mamat mengecup pipi gadis sebelum membuka pintu dan keluar dari

ruang itu.
Katherine berjalan ke arah wastafel, digosoknya cermin yang telah buram karena tertutup oleh uap air itu dengan

telapak tangan. Sebuah seringai tergurat di wajahnya sambil menatap bayangannya di cermin. Bayangan yang seharusnya

merefleksikan sosok cantik Katherine malah menunjukkan sesosok makhluk dengan tubuh rusak seperti habis terbakar, di

beberapa bagian nampak daging memerah di bawah kulitnya yang hangus. Wajahnya yang melepuh terlihat seram, rambutnya

sebagian besar terbakar, meninggalkan bekas acak-acakan di atas kepala.Wajah menyeramkan dalam cermin itu menatap...

dan tersenyum menyeringai membuat bulu kuduk berdiri.
################
misteri apakah yang sebenarnya menyelubungi villa itu ? siapa sebenarnya keempat gadis itu? temukan jawabannya dalam

eps.3.

0 komentar:

Label

Pengikut

Total Pengunjung